Asal Minyak Bumi
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan
sampai hitam yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Teori yang paling
umum digunakan untuk menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source
materials”. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk perubahan
secara alami dari zat-zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari pengaruh
tekanan, temperatur, kehadiran senyawa logam dan mineral serta letak geologis
selama proses perubahan tersebut, maka minyak bumi akan mempunyai komposisi
yang berbeda di tempat yang berbeda.
Komposisi Minyak Bumi
Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak
50-98% berat, sisanya terdiri atas zat-zat organik yang mengandung belerang,
oksigen, dan nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel,
natrium, besi, aluminium, kalsium, dan magnesium. Secara umum, komposisi minyak
bumi dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi
menjadi golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.
1. HIDROKARBON
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin,
olefin, naften, dan aromat.
1.1. Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai
lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana
(C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12),
dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke
dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong
n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin
biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
1.2. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh,
CnH2n. Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
1.3. Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk
struktur cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena
yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5
atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana (C5H10), metilsiklopentana
(C6H12) dan sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena
merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua
setelah n-parafin.
1.4. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang
berintikan atom-atom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya
benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari
Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif besar.
2. NON HIDROKARBON
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon
dan hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon
seperti belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat
pada rantai atau cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak
dikehendaki berada di dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga
keberadaannya akan sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang
dilakukan terhadap suatu minyak bumi.
2.1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S),
belerang bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’),
disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang
tidak dikehendaki karena :
- menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk pengolahan.
- mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
- meracuni katalis-katalis perengkahan.
- menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak, senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).
2.2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang
bersifat basa seperti 3-metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat
yang tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol
(C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemrosesan
katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap
bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.
2.3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam
asam-asam naftenat (2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan
asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa
oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan
senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
3. SENYAWA LOGAM
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam.
Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium.
Logam-logam ini terdapat
bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam
minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium
dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat
menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk pengolahan.
Karakterisasi Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari
hidrokarbon-hidrokarbon penyusunnya. Oleh karena itu, analisis kadar
senyawa-senyawa penyusunnya yang bukan saja amat sulit dilakukan, juga kurang
berguna dalam praktek. Analisis elemental yang menentukan kadar-kadar unsur
karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam juga tidak
memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak bumi yang dihadapi.
Padahal, dalam merancang proses pengolahan minyak bumi mentah,
informasi-informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal itu, orang mulai
mengembangkan metode-metode semi empirik untuk mengkarakterisasi minyak bumi
berdasarkan hasil-hasil pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah
ditentukan.
1. Berat jenis
Berat jenis minyak bumi umumnya dinyatakan dalam satuan
oAPI, yang didefinisikan sebagai berikut :
dengan s = berat jenis 60/60 = densitas minyak pada 60 drazat
F (15,6 drazat C) dibagi dengan densitas air pada 60 drazat F. Persamaan
tersebut menunjukkan bahwa oAPI akan semakin besar jika berat jenis minyak
makin kecil. Berat jenis (specific gravity) kadang-kadang digunakan sebagai
ukuran kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat
jenis rendah biasanya adalah parafinik. Perkiraan jenis minyak bumi ditunjukkan
sebagai berikut:
2. Pour point
Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur yang
menyebabkan minyak bumi yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa
menjadi tidak bisa dituangkan atau sebaliknya. Makin rendah titik tuang,
berarti kadar parafin makin rendah sedangkan kadar aromatnya makin tinggi.
3. Distilasi/Rentang pendidihan
Pengukuran rentang pendidihan menghasilkan petunjuk tentang
kualitas dan kuantitas berbagai fraksi yang terdapat dalam minyak bumi.
Pengujian rentang pendidihan yang lazim dilakukan di laboratorium-laboratorium
karakterisasi minyak bumi antara lain
distilasi ASTM atau distilasi Engler (distilasi sederhana),
distilasi Hempel, dan distilasi TBP (True Boiling Point).
Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat
jenis dan rentang pendidihan suatu minyak bumi adalah untuk menentukan faktor
karakterisasi Watson atau UOP (Universal Oil Products Co.) dan index korelasi
(CI) USBM (United States Bureau of Mines).
Faktor karakterisasi Watson
Faktor karakterisasi Watson atau K-UOP didefinisikan sebagai
:
Index korelasi USBM
Indeks korelasi ini didasarkan pada pengamatan bahwa
n-parafin memiliki nilai CI=0 dan CI=100 untuk benzen. CI didefinisikan sebagai
:
Produk-produk Utama yang Bisa Diperoleh
1. Gas-gas hidrokarbon ringan
Komponen-komponennya adalah senyawa-senyawa parafinik dengan
titik didih normal < 30 oC dan pada tekanan atmosfer berwujud gas, yaitu
metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), isobutana (i-C4H10) dan n-butana
(n-C4H10). Gas-gas tersebut lazim
disebut sebagai gas kilang. Propana dan butana biasanya dipisahkan
dari gas kilang dan dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied Petroleum
Gases). LPG digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga atau sebagai bahan bakar
motor yang telah disesuaikan penggunaannya.
Pemisahan komponen gas kilang berupa campuran etana, propana
dan butana digunakan sebagai bahan mentah pembuatan olefin dalam proses
perengkahan kukus (steam cracking).
a. bahan mentah dalam reformasi kukus (steam reforming) untuk pembuatan gas sintesis (campuran CO dan H2)
b. dijadikan bahan bakar untuk ketel-ketel
kukus, turbin-turbin gas, dan tungku-tungku pemanas di dalam kilang.
2. Bensin (gasolin)
Mulanya bensin adalah produk utama dalam
industri minyak bumi yang merupakan campuran kompleks dari ratusan hidrokarbon
dan memiliki rentang pendidihan antara 30-200 oC. Bensin adalah bahan bakar
mesin siklus Otto yang banyak digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi
darat (mobil). Kinerja yang dikehendaki dari bensin adalah anti knocking.
Knocking adalah peledakan campuran (uap bensin dengan udara) di dalam silinder
mesin dengan siklus Otto sebelum busi menyala. Peristiwa knocking ini sangat
mengurangi daya mesin. Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan
knocking. Sementara, hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik cenderung
bersifat anti knocking. Tolok ukur kualitas anti knocking sering disebut
sebagai bilangan oktan (octane number). Skalanya didasarkan kepada n-heptana
memiliki bilangan oktan nol dan isooktana memiliki bilangan oktan seratus.
Bensin dikatakan memiliki bilangan oktan X, dengan 0 < X > 100, jika
kualitas pembakaran bensin tersebut setara dengan kualitas pembakaran campuran
X% volum isooktan dan (100-X)% volum n-heptana. Untuk skala bilangan oktan yang
lebih besar dari 100 dirumuskan sebagai :
Dalam pengujiannya, terdapat dua jenis bilangan oktan yaitu
bilangan oktan riset RON (Research Octane Number) dan bilangan oktan motor MON
(Motor Octane Number). RON diukur pada kondisi pengujian yang mewakili kondisi
di dalam kota, kecepatan rendah dan frekuensi percepatan/perlambatan tinggi.
Sedangkan MON diukur pada kondisi pengujian yang mewakili kondisi di jalan raya
bebas hambatan, kecepatan tinggi dan frekuensi percepatan/perlambatan rendah.
Bilangan oktan yang diumumkan adalah rata-rata aritmatik kedua bilangan oktan
tersebut yang kemudian disebut sebagai PON (Posted Octane Number). Senyawa aromatik dan parafin
bercabang mempunyai angka oktan paling tinggi, sedangkan n-parafin memiliki
biilangan oktan yang paling rendah. Naftenik, olefin dan parafin bercabang
sedikit memiliki bilangan oktan yang sedang. Kenaikan panjang rantai
hidrokarbon parafin menurunkan angka oktan.
Penambahan senyawa-senyawa organik logam berat dapat
meningkatkan bilangan oktan bensin. Senyawa yang paling efektif dalam
meningkatkan bilangan oktan adalah TEL (Tetra Ethyl Lead, Pb(C2H5)4). Senyawa
ini larut dalam bensin dan dapat mengakibatkan kenaikan yang besar pada
bilangan oktan bensin yang ditambahkan. Kenaikan bilangan oktan karena
penambahan TEL semakin kecil jika bilangan oktan semula semakin besar. Tetapi,
penambahan TEL atau senyawa-senyawa logam berat lainnya dapat mencemari
atmosfir dan menjadi racun bagi orang yang menghirupnya, maka digunakanlah
senyawa-senyawa pengganti logam berat tersebut yaitu senyawa alkohol dan eter
seperti metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), Metil Tersier Butil Eter (MTBE), Etil
Tersier Butil Eter (ETBE) dan Tersier Amil Metil Eter (TAME). Aditif yang
berasal dari eter memiliki afinitas terhadap air yang lebih kecil daripada
aditif yang berasal dari alkohol. Bensin yang dicampuri eter lebih tidak
menarik air dari udara bebas (adanya air akan merusak mutu bensin).
3. Kerosin, bahan bakar pesawat jet, dan minyak diesel
Ketiga kelompok ini memiliki rentang pendidihan yang mirip.
Kerosin disebut juga dengan minyak tanah dan digunakan sebagai bahan bakar
rumah tangga. Rentang pendidihannya antara 175-275 oC. Tolok ukur kualitas
ketiga kelompok ini adalah “smoke point”. Smoke point adalah titik nyala
tertinggi (dalam mm) yang dapat dihasilkan tanpa membangkitkan asap. Semakin
tinggi kadar senyawa aromat dalam minyak bumi tersebut, maka smoke point-nya
pun semakin rendah. Tolok ukur lainnya adalah “flash point” yang merupakan
temperatur terendah yang membuat uap minyak bumi mulai meletup jika disodori
api kecil. Kerosin yang bagus memiliki smoke point 17 dan flash point > 40
oC.
Bahan bakar pesawat jet dibedakan untuk kebutuhan sipil dan
militer. Untuk keperluan sipil, rentang pendidihannya 175-290 oC, kadar aromat
maksimum 20% volum, dan flash point >40 oC. Sedangkan untuk keperluan
militer rentang pendidihannya 65-290 oC dengan kadar aromat maksimum 25% volum.
Minyak diesel adalah bahan bakar untuk mesin siklus diesel.
Mesin dengan siklus diesel tidak menggunakan busi, tetapi menggunakan penyalaan
mandiri minyak diesel panas ke dalam silinder berisi udara bertekanan tinggi.
Oleh karena itu, minyak diesel diharapkan memiliki kecenderungan untuk menyala
sendiri. Tolok ukurnya adalah bilangan setan (cetane number). Minyak diesel
memiliki bilangan setan X jika performa minyak diesel tersebut memiliki
kualitas yang setara dengan campuran X% volume n-heksadekan (n-C16H34) dan
(100-X)% volume α-metil naftalena (C10H7CH3). Minyak diesel untuk kenderaan
otomotif biasa disebut solar dengan rentang pendidihan 175-340 oC dengan
bilangan setan > 50. Sedangkan minyak diesel untuk kereta api memiliki
bilangan setan 40 s/d 45 dengan rentang pendidihan 180-370 oC.
4. Minyak bakar
Minyak bakar terbagi atas lima jenis, yaitu minyak bakar no.
1, no. 2, no. 4, no. 5 dan no. 6. Minyak bakar no. 1 sangat mirip kerosin
tetapi memiliki titik tuang dan titik akhir rentang pendidihan yang lebih
tinggi. Minyak bakar no. 2 (IDO=Industrial Diesel Oil) sangat mirip dengan minyak diesel otomotif. Minyak bakar no.
1 dan no. 2 serta kerosin, bahan bakar pesawat jet dan minyak diesel biasa
disebut sebagai BBM distilat (distillate fuels). Minyak bakar no. 4, no. 5 dan
no. 6 disebut BBM residu karena berasal dari sisa distilasi minyak bumi mentah
pada tekanan atmosferik. Minyak bakar no. 4 adalah yang paling ringan di antara
ketiganya dan memiliki titik tuang -7 oC. Minyak bakar no. 5 masih berupa
fluida pada temperatur di atas 10 oC sedangkan minyak bakar no. 6 harus
dipanaskan terlebih dahulu untuk bisa mengalir. Makin besar nomor minyak bakar,
makin tinggi nilai kalornya.
5. Produk-produk lain
Produk-produk lainnya seperti minyak pelumas, petroleum
waxes (lilin), petroleum greases (gemuk), aspal dan kokas.
Konsep-konsep Pengolahan di dalam Kilang
Pengolahan minyak bumi didasarkan kepada kebutuhan
masyarakat akan produk-produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi.
Volume permintaan terhadap bensin dan BBM lainnya (dari bensin sampai minyak
bakar) sangatlah besar. Sedangkan kebutuhan akan produk-produk lainnya seperti
minyak pelumas, lilin, gemuk, dan kokas relatif kecil. Oleh karena itu, konsep
utama pengolahan minyak bumi mentah didasarkan untuk menyediakan BBM secara
umum dan memaksimumkan produksi BBM tertentu yang paling dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai konsumen.
Minyak mentah dapat dipisahkan dengan proses distilasi
menghasilkan berbagai fraksi yang berbeda rentang pendidihannya. Pelaksanaan
distilasi pada tekanan atmosfer menghasilkan fraksi-fraksi minyak bumi yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Residu yang diperoleh akan rusak (terurai) jika terus
didistilasi pada tekanan atmosferik dengan temperatur yang lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, residu ini didistilasi lagi pada tekanan vakum sehingga
menghasilkan fraksi-fraksi berikut :
Fraksi-fraksi yang diperoleh dengan distilasi minyak mentah
umumnya memiliki dua kelemahan yaitu :
- Distribusi kuantitas fraksi-fraksi yang diinginkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Contohnya volume total fraksi-fraksi ringan (bensin, nafta, kerosin dan minyak gas ringan) biasanya lebih kecil daripada volume total campuran minyak gas atmosferik dan residu, padahal kebutuhan pasar akan bensin dan BBM distilat jauh lebih besar daripada BBM residu.
- Kualitas fraksi-fraksi tersebut sangat rendah dibandingkan dengan kualitas yang disyaratkan oleh pasar. Contohnya bilangan oktan straight run gasoline yang diperoleh langsung dari proses distilasi berkisar 67-70, sedangkan bilangan oktan yang disyaratkan pasar minimal 87 (premium).
Oleh karena itu, fraksi-fraksi yang diperoleh dari distilasi
tersebut perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk memaksimalkan perolehan
produk-produk yang diinginkan pasar. Proses-proses pengolahan yang umum
dilakukan adalah sebagai berikut :
- fraksi-fraksi yang terdiri atas hidrokarbon-hidrokarbon dengan molekul besar (jumlah atom C banyak) direngkahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan mendidih pada rentang pendidihan yang dikehendaki. Proses ini disebut perengkahan (cracking) dan umumnya dilakukan pada minyak gas serta residu.
- fraksi-fraksi yang sudah memiliki jumlah atom C yang sesuai, tetapi kualitasnya masih rendah, dibentuk ulang sehingga memiliki struktur yang berbeda seperti menjadi bercabang, siklik atau aromatik. Proses ini disebut reformasi (reforming) jika berat molekulnya berbeda sedikit dari berat molekul semula. Dan jika hanya mengalami perubahan struktur tanpa mengalami perubahan berat molekul, maka prosesnya disebut isomerisasi.
- molekul-molekul hidrokarbon yang terlalu kecil dirangkaikan dengan molekul-molekul lainnya menjadi hidrokarbon bermolekul besar dan mendidih pada rentang yang diinginkan. Jika senyawa-senyawa yang dirangkaikan adalah senyawa-senyawa yang sama maka prosesnya disebut polimerisasi (meskipun yang terjadi di dalam kilang hanyalah dimerisasi, trimerisasi dan oligomerisasi). Jika yang dirangkaikan adalah senyawa alkana dengan molekul hidrokarbon tak jenuh, prosesnya disebut dengan alkilasi.
- produk-produk dari konversi kimia di atas beserta produk distilasi minyak mentahnya dimurnikan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak dikehendaki, memperbaiki warna, meningkatkan kejernihan dan diramu menjadi produk-produk yang kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan permintaan pasar.
Konfigurasi Kilang
Langkah-langkah pemrosesan minyak bumi (konfigurasi kilang)
bergantung kepada jenis minyak bumi mentah yang akan diolah serta jenis BBM
yang akan dihasilkan dan dijual ke
masyarakat. Perbedaan jenis minyak mentah dan jenis BBM yang
akan dihasilkan akan memberikan konfigurasi kilang yang berbeda.
Gambar berikut menunjukkan konfigurasi kilang minyak yang
memaksimumkan produksi minyak bakar distilat dan minyak bakar residu yang
dikenal sebagai kilang tipe “skimming”.
Minyak bumi yang diolah diandaikan memiliki kadar belerang
tinggi. Minyak mentah didistilasi pada tekanan atmosferik untuk menghasilkan
gas dan straight run gasoline sebagai distilat ringan. Nafta, kerosin dan
minyak gas sebagai distilat menengah dan minyak residu sebagai topped crude
atau produk bawah yang langsung dipasarkan sebagai minyak bakar berat. Proses
penghilangan belerang tergantung kepada reaktivitas senyawa belerang yang
dikandung masing-masing fraksi. Gas biasanya mengandung senyawa belerang yang
paling ringan dan reaktif yaitu gas hidrogen sulfida (H2S), yang bisa
dihilangkan dengan absorbsi oleh cairan yang bersifat basa seperti
monoetanolamina (MEA, HO-C2H4-NH2) atau dietanolamina (DEA, (HO-C2H4)2NH).
Setelah dibersihkan, gas tersebut didistilasi untuk menghasilkan gas kilang dan
LPG.
H2S yang diserap pelarut dilucuti dan dikirim ke pabrik
Claus, yaitu pabrik yang mengubah H2S menjadi belerang murni via reaksi :
Belerang cair yang terbentuk kemudian dibekukan dan dijual
dalam bentuk padatan. Senyawa belerang yang terkandung dalam straight run
gasoline biasanya adalah kelompok merkaptan (R-SH) dan proses peghilangan
senyawa merkaptan ini disebut proses sweetening. Proses sweetening yang paling
banyak digunakan saat ini adalah proses MEROX (Mercaptan Oxidation). Senyawa
merkaptan diekstraksi dari bensin dengan larutan basa kuat, cairan ekstraknya
dioksidasi dengan udara menjadi senyawa disulfida yang, karena tidak larut
dalam air, akan memisah kembali dalam bentuk minyak. Bensin straight run
gasoline yang sudah tidak mengandung merkaptan, dikirim ke unit peramuan produk
BBM.
Senyawa belerang yang terdapat di dalam distilat menengah
umumnya kurang reaktif seperti tiofen, fenil merkaptan dan disulfida. Oleh
karena itu, proses penghilangan senyawa-senyawa ini memerlukan proses yang
berkondisi lebih berat seperti hidrogenasi katalitik pada temperatur 320-420 oC
pada tekanan 25-70 bar. Katalis padat yang digunakan adalah senyawa kobalt
molibdat. Pada proses hidrodesulfurisasi ini, senyawa-senyawa tersebut
dikonversi menjadi H2S dan hidrokarbon jenuh. H2S yang terbentuk akan
terencerkan oleh hidrokarbon ringan produk samping yang, karena berwujud gas,
dapat berpisah langsung dari cairan distilat menengah yang diolah dan bisa
langsung dikirim ke unit penghilangan H2S.
Kerosin dan minyak gas yang sudah didesulfurisasi dikirim ke
unit pengolahan lain (peramuan), sedangkan nafta (fraksi minyak bumi yang
memiliki rentang titik didih antara bensin dan kerosin) direformasi menjadi
bensin beroktan tinggi yang disebut bensin reformat. Proses reformasi ini
menghasilkan produk samping gas H2 yang berguna untuk keperluan proses
penghilangan belerang di unit hidrodesulfurisasi.
Dalam unit peramuan, berbagai komponen BBM mulai dari butana
sampai minyak gas dicampur-campur dan ditambahkan berbagai aditif untuk
menyempurnakan kualitasnya menjadi BBM yang memenuhi standar kualifikasi pasar.
Kuantitas minyak residu atmosferik umumnya selalu di atas
30% volume dari minyak mentah. Sehingga untuk memaksimumkan perolehan produk
yang lebih ringan, fraksi-fraksi berat harus diubah menjadi fraksi-fraksi yang
lebih ringan dengan cara perengkahan.
Perbedaan utama skema pengolahan kilang minyak BBM motor
dengan kilang tipe skimming adalah dilangsungkannya proses distilasi vakum
terhadap minyak residu atmosferik. Proses ini menghasilkan minyak gas vakum
ringan (LVGO, Light Vaccuum Gas Oil) untuk bahan campuran solar dan minyak
bakar distilat serta minyak gas vakum berat (HVGO, Heavy Vacuum Gas Oil) untuk
dikonversi menjadi bensin rengkahan, minyak gas rengkahan dan gas hidrokarbon
ringan dalam proses perengkahan katalitik (catalytic cracking). Produk bawah distilasi
vakum bisa dijadikan komponen minyak bakar berat atau diolah menjadi aspal.
Jika produk yang hendak diambil bukan minyak bakar melainkan
BBM motor, maka konfigurasi kilang minyak yang cocok digambarkan sebagai
berikut :
Proses Pemisahan
Gambar di bawah ini menunjukkan diagram alir sederhana
pabrik distilasi atmosferik.
Minyak mentah umpan masih mengandung kotoran garam dan pasir
sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu karena kehadiran zat-zat ini dapat
mempercepat laju korosi bahan konstruksi unit pengolahan, menyebabkan
pengendapan kerak serta penyumbatan pada peralatan kilang. Pengolahan awal yang
dilakukan adalah desalting atau pemisahan garam. Minyak bumi mentah dipompa dan
dipanaskan lalu dicampur dengan air sebanyak 3-10% volume minyak mentah pada
temperatur 90-150 oC. Garam-garam akan larut dan fasa air dan minyak akan
memisah dalam tangki desalter.
Minyak mentah yang tidak mengandung garam dan padatan
tersebut dipanaskan lagi dengan minyak residu panas lalu heater sebelum
diumpankan ke kolom distilasi atmosferik. Produk atas kolom distilasi utama
(gas kilang dan straight run gasoline) ini umumnya masih perlu distabilkan agar
tidak terlalu banyak mengandung hidrokarbon-hidrokarbon yang sangat mudah
menguap seperti butana di dalam kolom distilasi lain yang disebut kolom
stabilisasi. Produk samping dan bawah yang berupa cairan dilucuti oleh kukus
dan diuapkan lagi untuk menyempitkan rentang titik didihnya. Pelucutan ini
diselenggarakan dalam kolom-kolom pelucut kecil yang disusun setelah kolom
distilasi utama.
Minyak residu atmosferik biasanya dikeluarkan dari bagian
bawah kolom distilasi utama pada temperatur 350-400 oC. Ini adalah batas
temperatur tertinggi yang bisa dialami minyak tanpa mengalami degradasi. Agar
dapat dipisahkan menjadi fraksi-fraksi utuh tanpa mengalami degradasi,
distilasi selanjutnya dilaksanakan pada tekanan vakum (lebih rendah dari
tekanan atmosferik, 30-50 mmHg).
Produk atas kolom distilasi vakum adalah minyak gas vakum
ringan (LVGO) untuk bahan campuran peramuan minyak bakar distilat. Produk
sampingnya adalah minyak gas vakum berat (HVGO) yang digunakan sebagai umpan
perengkahan katalitik atau dijadikan bahan mentah pembuatan minyak pelumas.
Produk bawah disebut minyak residu vakum dan umumnya dijadikan bahan baku
pembuatan aspal.
Proses pemisahan lainnya yang umum digunakan dalam
pengolahan minyak bumi adalah sebagai berikut :
- Ekstraksi, Awalnya, ekstraksi digunakan untuk meningkatkan kualitas kerosin, akan tetapi pada perkembangannya proses ini lebih banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas minyak pelumas. Minyak pelumas digunakan untuk melapisi dua permukaan keras yang bergesekan untuk memperkecil kerusakan dan kehilangan energi. Bahan baku minyak mentah adalah fraksi minyak mentah dengan titik didih di atas 500 oC. Dalam fraksi tersebut juga terdapat lilin, aspal dan senyawa polisiklis yang jika berada dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu sehingga harus dihilangkan. Penghilangan zat-zat tersebut dilakukan dengan dewaxing, prophane deasphalting dan fulfural extraction.
- Dewaxing, Pada proses ini, minyak didinginkan (chilled) untuk mengkristalkan lilin. Pemisahan lilin dari minyak dilakukan dengan penyaringan dan pengendapan. Proses yang lain adalah dengan menggunakan pelarut selektif yang dapat melarutkan stok minyak dan menolak lilin. Senyawa yang sering digunakan untuk melakukan proses ini adalah metil etil keton, propan atau urea.
- Propane deasphalting, Propan dapat melarutkan minyak pelumas dengan baik. Pada proses ini, kenaikan temperatur akan mengurangi kemampuan melarutkan tetapi selektivitasnya bertambah.
- Fulfural extraction, Hidrokarbon polisiklik dalam minyak pelumas tidak dikehendaki karena memiliki indeks viskositas yang rendah. Oleh karena itu, senyawa polisiklik ini dihilangkan dengan proses ekstraksi menggunakan fulfural. Fulfural stabil, tidak beracun, relatif murah dan mudah didapat dan selektif pada temperatur tinggi. Oleh karena selektivitas fulfural rusak karena keberadaan air, maka dalam sirkulasi pelarut harus dilakukan dehidrasi.
Proses dekomposisi molekul
Perengkahan adalah reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon
molekul besar pada temperatur tinggi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
Hidrokarbon akan merengkah jika dipanaskan jika temperaturnya melebihi 350-400
oC dengan atau tanpa bantuan katalis. Parafin adalah hidrokarbon yang paling
mudah merengkah, disusul dengan senyawa-senyawa naftena. Sedangkan senyawa
aromatik sangat sukar merengkah. Proses perengkahan yang terjadi hanya karena
pemanasan dinamakan perengkahan termal (thermal cracking). Sedangkan proses
perengkahan yang terjadi dengan bantuan katalis disebut perengkahan katalitik
(catalytic cracking).
1. Perengkahan termal
Perengkahan termal dilakukan untuk mendapatkan nafta dari
fraksi vakum gas oil atau residu. Gasoline yang dihasilkan memberikan angka
oktan yang lebih tinggi daripada gasoline hasil distilasi awal. Perengkahan
termal yang masih dilakukan adalah visbreaking dan coking. Visbreaking
bertujuan untuk menurunkan viskositas dan pour point umpan minyak dan bahan
bakar minyak. Stok umpan yang digunakan pada umumnya adalah residu yang dihasilkan
dari destilasi vakum. Coking dilakukan untuk menghasilkan kokas (coke).
Beberapa proses coking adalah fluid coking, delayed coking,
decarbonizing dan lain-lain. Proses yang terjadi dalam
delayed coking adalah thermal cracking dan polimerisasi. Pada thermal cracking
terjadi reaksi kimia sebagai berikut :
Radikal bebas ini tidak stabil dan sangat reaktif sehingga
membentuk olefin–olefin dengan hidrokarbon lain. Reaksi radikal bebas berakhir
jika dua radikal bebas bergabung.
2. Perengkahan katalis
Perengkahan katalis terdiri dari dua jenis reaksi, yaitu
perengkahan aromatik dan reaksi perpindahan hidrogen dan pembentukan kokas.
Pada perengkahan aromatik, cincin aromatik stabil pada kondisi perengkahan
katalis, tetapi rantai panjang alkil reaktif. Kemudahan perengkahan alkil
aromatik bertambah dengan kenaikan panjang rantai alkil.
Produk parafinik hasil perengkahan katalis bercabang lebih
banyak dari yang diperkirakan. Penjelasan atas hal tersebut diberikan dari
reaksi hidrogen transfer seperti berikut :
Karena reaksi isomerisasi olefin dan hidrogen transfer
antara i-olefin dan decalin jauh lebih cepat dari pada reaksi lain, maka
i-parafin dihasilkan lebih cepat dari parafin.
Berlawanan dengan perengkahan termis yang terjadi karena
adanya reaksi rantai dari radikal bebas, produk reaksi antara yang terdapat dalam
perengkahan katalis adalah fragmen-fragmen bermuatan positif yang disebut ion
karbonium. Ion karbonium berbeda dengan radikal bebas karena mengandung
elektron minus satu. Tipe reaksinya sebagai berikut :
Oleh karena reaksi pertukaran ini, parafin dan naftenik
menjadi reaktif.
Katalis yang digunakan adalah katalis padat yang bersifat
asam dengan porositas tinggi dan tahan abrasi maupun perubahan temperatur.
Bahan katalis terdiri dari silika dan alumina. Semakin banyak umpan, semakin
tinggi hasil gasolin yang diperoleh. Sebagai contoh, suatu Fluid Catalytic
Cracking Unit (FCCU) merengkah hidrokarbon MVGO dan HVGO menjadi produk-produk
berupa gas ringan, LPG, nafta dan Light Cycle Oil (LCO).
Suatu FCCU terdiri dari tiga unit yang berfungsi antara lain
:
- unit cracking dan regenerasi yang berfungsi untuk merengkah umpan menjadi gas yang akan difraksinasi di kolom distilasi serta meregenerasi katalis di regenerator.
- unit fraksinasi untuk memisahkan produk gas, LCO dan slurry.
- unit light end untuk memisahkan gas LPG dan nafta dalam gas yang berasal dari bagian atas kolom fraksinasi.
3. Hydrocracking
Hydrocracking adalah proses untuk mengubah bahan dasar yang
tak dapat dipergunakan untuk umpan unit perengkahan dan reformasi katalis
karena kandungan logam, nitrogen dan belerang yang tinggi. Proses ini juga
cocok untuk umpan dengan kandungan aromatik yang tinggi yang tidak dapat
diproses secara perengkahan katalis.
Dari bahan dasar berkualitas rendah ini dapat dihasilkan
gasolin, kerosin, minyak distilat tengah, minyak pelumas, umpan perengkahan
katalis, umpan dasar petrokimia dan LPG.
Reaksi utama proses hydrocracking dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
Reaksi samping yang terjadi secara paralel adalah reaksi
dekomposisi senyawa sulfur, nitrogen dan oksigen serta reaksi hidrogenasi
olefin dan aromat.
Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis yang
memiliki dua jenis pusat aktif, yaitu inti metal yang berfungsi untuk
melangsungkan reaksi hidrogenasi/ dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi
untuk melangsungkan reaksi perengkahan/ isomerisasi.
Hidro Cracker (HC) Unibon di UP II Dumai merengkah umpan
HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan HCGO (Heavy Coking Gas Oil) untuk menghasilkan
produk LPG, Light Naphtha, Light Kerosene, Heavy Kerosene dan Diesel. Kondisi
reaksinya 290-495 oC, 35-175 kgf/cm2 dengan katalis DHC-6 yang merupakan silika
alumina amorf sebagai base metal dengan kombinasi nikel, molibdenum, dan
tungsten.
4. Proses pengubahan struktur molekul
Proses pengubahan struktur molekul menjadi molekul baru yang
berat molekulnya tidak jauh berbeda disebut dengan reformasi. Sedangkan proses
pengubahan struktur molekul tanpa mengubah berat molekul disebut isomerisasi.
Proses reformasi yang telah berkembang dan digunakan untuk menaikkan angka
oktan adalah catalytic reforming. Tujuan utamanya adalah mengubah hidrokarbon
lain menjadi hidrokarbon aromatik sehingga diperoleh senyawa hidrokarbon dengan
angka oktan yang lebih tinggi. Reaksi catalytic reforming ini endotermik sehingga
diperlukan tambahan kalor untuk menjaga kelangsungan reaksinya.
Contohnya :
Supaya dapat melangsungkan reaksi tersebut, parafin harus
memiliki paling sedikit 6 buah atom karbon agar dapat diubah langsung menjadi
aromatik. Katalis platina yang digunakan dalam proses ini disebut katalis
platforming yang memiliki dua fungsi, yaitu bagian yang mengandung platina
sebagai bahan dehidrogenasi dan bagian yang asam seperti klor, fluor atau
alumina-promoted silika berguna dalam proses isomerisasi. Sejumlah platina
digunakan untuk memastikan bahwa aktivitas dehidrogenasi cukup besar
dibandingkan aktivitas isomerisasi.
5. Proses kombinasi molekul
Dengan berkembangnya proses perengkahan yang menghasilkan
produksi gas ringan yang kaya akan olefin aktif, diciptakan proses-proses baru
untuk memanfaatkannya. Polimerisasi adalah reaksi penggabungan olefin yang satu
dengan olefin lainnya. Proses alkilasi adalah reaksi antara olefin dengan
isoparafin. Produk gasolin yang dihasilkan dari proses alkilasi memiliki angka
oktan yang lebih tinggi dibandingkan gasolin yang dihasilkan dari proses
polimerisasi.
Contoh reaksi polimerisasi :
Polimerisasi dengan menggunakan katalis juga dapat
dijelaskan dengan teori ion karbonium.
Ion karbonium yang terbentuk dapat bergabung dengan olefin
lain dan membentuk ion karbonium yang lebih besar.
Setiap ion karbonium dapat kehilangan proton untuk membentuk
olefin.
Mekanisme reaksinya dapat dijelaskan melalui teori ion
karbonium. Ion karbonium dihasilkan dari penggabungan olefin dengan proton yang
dilengkapi dengan katalis asam.
Ion karbonium bereaksi dengan i-butan membentuk i-butil ion
karbonium.
i-butil ion karbonium bereaksi dengan olefin membentuk ion
karbonium yang lebih besar.
Ion karbonium yang besar bereaksi dengan isobutan
menghasilkan i-parafin.
Ion i-butil karbonium diregenerasi dan reaksi berantai
berlangsung.
PBDHYP4W3PUU
PBDHYP4W3PUU
Anda Telah Membaca artikel Kilang Minyak Bumi, Baca Juga Artikel Berikut
|
Kang Astrajingga
1 comment
salam untuk semua orang di forum blog ini, saya ingin memberi tahu Anda semua tentang terobosan keuangan yang ditawarkan pak pedro untuk saya lalui ketika saya kelaparan dengan bisnis dan keluarga saya selama pandemi covid19. saya menemukan mr pedro di blog spot oleh seseorang yang merekomendasikan dia kepada siapa pun yang mencari pinjaman saya sangat bersemangat dan saya juga termotivasi untuk berada dalam posisi kebebasan finansial karena keluarga saya kelaparan, saya menghubungi mr pedro di aplikasi apa yang saya katakan dia kisah hidup saya tentang situasi keuangan dia mengirimi saya formulir aplikasi untuk diisi dengan perincian saya yang saya lakukan kemudian setelah dia mengirimi saya perjanjian pinjaman kemudian saya meneruskannya ke pengacara saya untuk melihat dan memberi tahu saya tentang cara melakukannya kemudian setelah saya menandatangani perjanjian pinjaman setelah itu pinjaman saya disetujui beberapa jam yang lalu bank menghubungi saya untuk transfer dana dan biaya yang harus saya bersihkan di konter bank saya membersihkan biaya yang saya terima pinjaman saya pada hari berikutnya saya membersihkan biaya bank jadi sangat menyenangkan bekerja dengan mr pedro dan saya berterima kasih banyak atas bantuan yang dia berikan kepada saya yang sangat membantu keluarga saya dari kelaparan. hubungi mr pedro di email: pedroloanss@gmail.com atau berbicara dengannya di whatsapp + 1-8632310632 . untuk tanggapan cepat karena dia selalu sibuk tetapi mereka memiliki beberapa rekan kerja tim profesional lain yang bekerja dengannya juga, tetapi saya merekomendasikan mr pedro kepada siapa pun yang mencari bantuan keuangan.