;

Thursday, October 4, 2012

Prosedur Melaksanakan Pekerjaan Swabbing

Thursday, October 4, 2012

Melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul Tujuan Pekerjaan Swabbing, Kali ini saya kan membahas mengenai penjelasan tentang Prosedur Melaksanakan Pekerjaan Swabbing, Untuk lebih jelasnya silahkan anda membaca postingan dibawah ini.

Prosedur Melaksanakan Pekerjaan Swabbing
1. Pastikan bahwa mesin Rig dan mesin pompa diperlengkapi dengan exhaust cooler dan spark arrestor
  • Yakinkan exhaust cooler bekerja dengan baik
  • Yakinkan spark arrestor terisi penuh dengan air
  • Jika kedua-duanya tidak ada/baik, 80 ft pipa penyambung harus dipasang untuk kedua mesin tersebut
2. Pastikan bahwa semua sambungan drat swab mandrel, jar, sinker bar, swivel, dan rope socket dalam kondisi baik
  • Periksa kondisi keausan swivel and rope socket, titik lemahnya berada pada bagian yang aus ini
3. Rangkaikan alat-alat swab secara benar
  • Masukkan tubular jar antara swab mandrel dan sinker bar
  • Pastikan bola-bola valvenya ada dalam mandrel
  • Swab tool harus dipasangkan secara kuat pada sand line
4. Masukkan rangkaian alat-alat swab kedalam lubricator
  • Gunakan lubricator dengan 1 batang tubing yang komplit dengan oil saver hidrolis, diatas master valve dan wing valve
5. Pasang alat swab diatas rangkaian swab dan kencangkan kuncinya dengan baik
  • Pastikan master valve dari swab head telah diuji sampai minimum 2000 psi dan wing valve 1500 psi
6. Tempatkan semua alat pendukung sesuai penempatan Rig & peralatannya
  • Pakai tubing dan chiksan untuk saluran dari swab head ke tanki
  • Selang tekanan tinggi bisa digunakan dan harus tertambat dengan baik
7. Angkat alat swab dan sambungkan dengan baik lubricator ke swab head
  • Gunakan cat line/winch line untuk menjaga lubricator agar tetap tegak lurus selama pekerjaan swabbing
  • Cangkokkan dan ikat secara benar cat line/winch line ke lubricator
8. Pasang bendera penunjuk/plastik ke sand line untuk mengingatkan Rig operator saat swab
  • Angkat swab tool sampai berada didalam lubricator dan pasang bendera pertama diatas sand drum.
  • Ulur swab tool sampai bendera pertama berada diatas lubricator dan kemudian pasang bendera kedua diatas sand drum (bedakan jumlah bendera pertama dan kedua).
9. Turunkan dan/atau angkat alat swab dengan kecepatan sedang
  • Jaga kecepatan masuk/cabut, saat swabbing siang hari, dengan kecepatan maksimum 400 ft/menit
  • Kecepatan agak lambat, saat swab pada malam hari, harus dijaga pada maksimum 300 ft/menit
10. Tentukan levelnya fluida dalam rangkaian saat memasukkan alat swab
  • Awasi batasan fluida saat alat swab menyentuh fluida tersebut didalam rangkaian kerja
  • Batasi mengangkat fluida maksimum 6 bbl/run. Jika tidak, sand line bisa putus
11. Dapatkan dan hitung batasan awal dari fluida (IFL) yang sebenarnya setelah mencabut alat swab yang pertama kali
  • Batasan awal fluida (IFL) didapatkan dari selisih kedalaman swab pertama dengan ketinggian kolom fluida dalam rangkaian kerja
  • Begitu IFL diperoleh, hitung isi rangkian kerja dan casing. Isinya diperoleh dari jumlah isi fluida dalam rangkiana kerja dan isi casing antara OE Packer dan bahagian paling bawah dari formasi/interval yang diswab
12. Pertimbangkan untuk memperdalam swab dengan maksimum angkatan yang diperbolehkan
  • Jaga batasan kekuatan sand line untuk mengangkat fluida keluar dengan maksimum 6 bbls sekali run
13. Jaga waktu swab secara konstan antara run pertama dan berikutnya
14. Ukur dan catat fluida yang didapat selama kerja swab termasuk batasan kerja fluida (WFL) dan waktu untuk setiap kali cabut masuk alat swab
  • Ambil test pertama untuk WC setelah jumlah load keluar semuanya
  • Lakukan test secara tetap pada fluida formasi yang diperoleh setelah 4 ~ 5 kali swab untuk mendapatkan WC yang stabil
15. Perhatikan apakah jumlah fluida dan water cut yang diperoleh telah stabil. Jika tidak, teruskan pekerjaan swab sampai mendapatkan rate & cut stabil. Jika keduanya stabil, lakukan hal ini:
  • Pertimbangkan, secara umum, 100 bbl dari kelebihan load ialah batasan jumlah minimum yang dibutuhkan untuk pekerjaan swab
  • Hitung batasan level kerja fluida (WFL) melalui selisih antara kedalaman akhir swab dengan ketinggian fluida yang stabil dalam rangkaian
  • Ambil WC dengan menggunakan tangki uji dan centrifuge
16. Persiapkan laporan swab yang meliputi informasi tentang Formasi atau Interval yang telah
diuji, level awal & kerja dari fluida (IFL & WFL), RPH, WC, dan lain-lainnya

Catatan :
  • Pastikan memasang alat stop swab tool/cross bar dibawah/diujung rangkaian jika metoda OE digunakan.
  • Mintakan crew agar secara benar memasang dan menguatkan kuncian tubing dan alat bawah permukaan saat memasukkannya.
  • Mintakan operator swab agar hati-hati mengamati level fluida dalam tubing dan selalu siap akan perobahannya.
  • Hindari mengangkat fluida terlalu berat agar terhindar dari kejadian yang tidak diingini.
  • Lewatkan swab cup dari tee swab head setiap kali cabut swab untuk mencegah tumpukan pasir yg keluar bersama fluida.
  • Perhatikan terus gulungan sand line selama pekerjaan swab dan gulungannya harus rapi. Jika ditemukan tidak rapi lagi, hentikan pekerjaan swab, digulung kembali swab line secara baik. Jika perlu ratakan kembali swab drumnya.
  • Dapatkan daftar sumur yang tidak diizinkan untuk swab pada malam hari. Jika ada, ini berarti swab malam tidak dibenarkan (diskusikan dengan RMT/PE dari lokasi terkait)
Perhatian Khusus Untuk Swab Malam Hari


Perhatian khusus harus diberikan jika melakuan pekerjaan swab pada malam hari, jika sumur yang sedang dikerjakan tersebut mendapatkan izin dari RMT/PE untuk dilakukan swab pada malam hari.

  • Pastikan semua kabel listrik, fiting, dan system penerangan Rig haruslah tahan ledakan. Periksa kemungkinan sambungan kabel yang longgar dan sumber-sumber percikan api.
  • Gunakan 2 buah bendera plastik yang lebih besar dan jelas pada sand line.
  • Tempatkan dan arahkan lampu sorot pada oil saver dan pada sand drum dan hindari cahaya mengganggu pandangan operator.
  • Tempatkan blower diatas tanah dekat operator bekerja dan hadapkan ke arah sumur dan tangki swab.
  • Mintalah seorang crew membantu melihat swab line dan oil saver dan memperhatikan bendera untuk mengingatkan operator. 
  • Gunakan gas detector untuk menguji lokasi akan gas yang mudah terbakar minimal sekali dalam satu jam.
  • Pertimbangkan secara seksama apakah pekerjaan swabbing masih bisa dilakukan atau dihentikan sama sekali untuk menunggu siang hari (tergantung dari kondisi yang terjadi).
Perhatikan !!!


Saat pekerjaan swab berlangsung, jika sumur mulai mengalirkan fluida lebih besar dari yang diharapkan, lakukan hal berikut:

  • Tutup wing valve.
  • Cabut rangkaian swab pelan-pelan.
  • Atur bukaan kerangan wing untuk mengontrol aliran sampai alat swab berada dalam lubricator.
  • Tutup master valve yang lebih atas dari swab head dan kontrol tekanan.
Perhitungan-Perhitungan Dalam Pekerjaan Swabbing


1. Menentukan IFL, WFL & LOADS





* Menentukan Initial Fluid Level (IFL)


                  IFL = SDI – HTFC

HTFC = Recovered Volume : Tubing Capacity (from swab run-1)

Contoh :
Swab String = 3.5”, 9.3# tubing, ID 2.992”
Initial Swab Depth (SDI) = 1000 ft
Recovered Volume = 3.2 bbl. (f/ swab test tank)
HTFC = 3.2 bbl : 0.0087 bbl/ft = 368 ft
IFL = 1000 – 368 = 632 ft


 
*Menentukan Working Fluid Level (WFL)


(Caranya sama dengan menentukan IFL, tapi menggunakan kedalaman swab maksimum, SDM)

WFL = SDM – HTFC yang stabil


Contoh :

Swab Depth Maximum (SDM) = 2000 ft
Recovered Volume = 5.4 bbl (f/ swab test tank)
HTFC = Recovered Volume : Tubing Capacity (f/ swab run, stable)
HTFC = 5.4 bbl : 0.0087 bbl/ft = 621 ft
WFL = 2000 – 621 = 1379 ft
*Menentukan LOADS


Hitung Volume Tbg (IFL ~ OE)    = ………… bbl

Hitung Volume Ann (below pkr)    = ………… bbl
Hitung Volume Csg (OE ~ L.Intv) = ………… bbl
                            Total LOADS = ………… bbl

2. Contoh: Menentukan IFL, WFL, dan LOAD


Data Sumur :


Casing: 7”, 23#; Kapasitas casing = 0.0394 bbls/ft.

Tubing: 3.5”, 9.3#, Kapasitas tubing = 0.0087 bbls/ft.
Mod “G” packer pada: 2400 ft dan OE “G” pada: 2420 ft.
Interval yang akan dites/swab: 2440-60.
Swab depth-1: 1200 ft; Hasil swab-1 = 3.6 bbls.
Swab depth terakhir/max: 2100 ft; Hasil swab = 4.8 bbls (stabil).
1. IFL = Swab depth-I – Tinggi kolom fluida dalam tubing (hasil dari swab-1)
    IFL = 1000 ft – (3.6 bbls : 0.0087 bbls/ft) = 586 ft
2. WFL = Swab depth terakhir – Tinggi kolom fluida dlm tbg (hasil swab terakhir/stabil)
    WFL = 2100 ft – (4.8 bbls : 0.0087 bbls/ft) = 1548 ft
3. LOAD = Fluida dalam tubing + Fluida dalam annulus
    Fluida dalam tbg = (OE pkr – IFL) x vol tbg/ft
                               = (2320 ft – 586 ft) x 0.0087 bbls/ft
                               = 1734 ft x 0.0087 bbls/ft = 15.0 bbls
Fluida dalam ann = Panjang Ekor “G” x vol annulus/ft
                            = 20 ft x 0.0275 bbls/ft = 0.6 bbls
Fluida dalam csg = (Intv bawah – Ekor “G”) x vol csg/ft
                            = (2460 ft – 2320 ft) x 0.0394 bbls/ft
                            = 140 ft x 0.0394 bbls/ft = 5.5 bbls
Jadi LOAD semua = 15.0 + 0.6 + 5.5 = 21.1 bbls
3. Menentukan Water Cut (WC)
4. Menentukan/Menghitung Water Cut :

a. Menentukan Free Water dari Test Tank
  • Masukkan fluida yang diswab ke test tank, misalkan levelnya dalam tangki = 16”
  • Buang (drain) air bebas nya, misalkan level fluid setelah di buang airnya = 6”
  • Free Water yang didapat = {(16 – 6) :16} x 100% = 62.5%
  • Oil Cut yang didapat = (6 : 16) x 100% = 37.5%
b. Menentukan Water Cut dengan Centrifuge
  • Gunakan 2 buah tabung centrifuge dengan skala 100 ml, masukkan minyak yang 37.5% sebanyak 50 ml dan 50 ml lagi diisi dengan toluene.
  • Teteskan RP (pemisah air dalam kandungan minyak) atau JN (pemisah minyak dalam kandungan air) kedalam tabung centrifuge.
  • Putar centrifuge selama ± 5 menit, perhatikan adanya pemisahan air dengan minyak akibat adanya perbedaan densitas air dengan minyak serta gaya sentrifugal.
  • Jika dalam tabung I terbaca air nya = 9% dan dalam tabung II terbaca = 11%, maka: Water Cut nya = (9 + 11) x 37.5% = 7.5%.
  • Jadi Water Cut (WC) sebenarnya = 62.5% + 7.5% = 70%.
  • Jika menggunakan 1 buah tabung centrifuge, maka hasil yang didapat dikalikan 2

5. “Swab/Flow Test Report”














Tenaga Tekanan Pada Packer (Force On Packer)
Setelah packer didudukkan pada kedalaman yang telah ditentukan, maka packer tersebut
seharusnya hanya menerima tenaga tekanan sebesar beban tekan (compression) atau beban tarik (tension) yang diperbolehkan. Pada kenyataannya packer ini akan menerima beban tambahan dari adanya tenaga tekanan (hidrostatis force) yang terjadi pada packer tersebut.

Agar cara kerja dari packer bisa difahami lebih jauh dan juga agar penanganannya bisa lebih efektif dilapangan, contoh berikut ini akan memberikan gambaran bagaimana terjadinya Upforce dan Down-force pada packer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi force pada packer seperti contoh berikut ini :

Pada saat Model-“G” packer didudukkan, tenaga tekanan (force) yang diterimanya ialah :

Selisih Tenaga Tekanan yang timbul dari atas packer dan dari bawah packer.
                                       FP = HA + SC – HC
FP : Force pada packer ……………………./…...... lbs
HA : Hydrostatic Force diatas packer ………….… lbs
SC : Compression pada packer ……………....….. lbs
HC : Hydrostatic Force dibawah packer .…….……lbs

Hydrostatic Force = Hydrostatic Pressure x Area
                        (lbs) = (psi) x (in2)
Karena fluida dalam tubing dan casing sama density nya (misalkan air), maka HA = HC
Pada saat melakukan pekerjaan kerja ulang (workover job) lainnya akan terjadi perobahan-perobahan fluida didalam tubing dan casing dibawah packer yang tentunya akan mempengaruhi besarnya HC (tekanan dibawah packer).

Contoh : 1
Sumur berisi penuh dengan air formasi (formation water) dimana tekanan gradient air ialah sebesar 0.433 psi/ft. Model-“G” packer dimasukkan kedalam sumur dan didudukkan pada kedalaman 2300 ft dengan string compression (SC) 10000 lbs pada weight indicator. Kemudian dilakukan swab dry test sampai kedalaman 2000 ft, dijumpai hasilnya bagus/dry.
Berapakah Force yang terjadi pada packer setelah dilakukan swab dry test ?.

Down Force = HA + CS
= (0.433 x 2400) x [0.7854 x {(6.366)2 – (3.5)2}] + 10.000
= 23078 + 10000 = 33078 lbs

Up Force = HC
= (0.433 x 300) x [0.7854 x {(6.366)2 – (3.0)2}] = 3216 lbs
Force = 33078 lbs – 3216 lbs = 29862 lbs ….…(down force)
Disini akan terlihat bahwa tenaga tekanan pada packer yang tadinya hanya 10000 lbs, sesudah swab dry test menjadi 29862 lbs. Keadaan ini bisa menyebabkan kerusakan pada karet packer (packing element), terutama setelah swab dry, packer langsung dicabut tanpa ada usaha untuk mengurangi force pada packer.


 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :
  1. Sesudah string compression diangkat 10000 lbs, maka masih ada HA yang tersisa sebesar ± 20000 lbs. Ini akan tetap menekan sealing/packing element dari Model “G” sehingga tidak bisa mengkerut (contract) dengan sendirinya.
  2. Apabila diteruskan mencabut packer ini, maka sealing/packing element akan tergosok terus kedinding casing karena masih adanya HA tadi sehingga akan rusak.
  3. Karena Model “G” packer tidak mempunyai unloader (bypass), untuk menyeimbangkan pressure maka disarankan agar tubing diisi kembali dengan air sehingga HC akan bertambah besar dan bisa mengimbangi HA yang tersisa tadi.
Contoh : 2
Pekerjaan squeeze akan dilakukan pada sumur lurus dan Model “C” Full Bore packer diset pada kedalaman 2000 ft dengan beban tarik (TS) sebesar 15000 lbs. Bubur semen yang digunakan sebanyak 30 bbls dengan density 15.8 ppg dan annulus diisi penuh dengan air. Pekerjaan squeeze dilakukan dengan tekanan 200 psi. Berapakah force yang terjadi pada packer disaat bubur semen penuh didalam tubing ?.

Down Force = HA
= (0.433 x 2000) x [0.7854 x {(6.366)2 – (3.5)2}]
= 19232 lbs
Up Force = HC + TS
= {(0.8216 x 2000) + 200} x [0.7854 x {(6.366)2 – (3)2}]
= 45639 + 15000 = 60638 lbs ……………….. (up force)
Jadi Up force = 60638 lbs – 19232 lbs = 41406 lbs
Tekanan naik (up force) sis ini terlau besar untuk ditahan oleh packer yang mana akan bisa merusakkan packing elementnya sehingga semen akan masuk keannulus.
Untuk mengimbangi force pada packer dengan kondisi seperti ini, sering sekali dalam melakukan pekerjaan squeeze di annulus diberi tekanan (pressurized).

Misalkan dengan tekanan (pressure) sebesar 700 psi di annulus, maka akan terjadi HA tambahan sbb:
= 700 x [0.7854 x [(6.366)2 – (3.5)2}] = 15546 lbs
Up force sisa = 41406 lbs – 15546 lbs = 25860 lbs
Dengan demikian packer yang digunakan saat melakukan squeeze ini tidak akan menerima tekanan yang melebihi kemampuannya sehingga karet pecahnya karet packer selama pekerjaan squeeze bisa
dihindari dan semen tidak akan masuk ke annulus yang bisa menyebabkan packer terjepit/stuck.
Beberapa Packer Yang Sering Digunakan Untuk Swabbing Job

Sampai disini penjelasan mengenai Prosedur Melaksanakan Pekerjaan Swabbing. Mudah-mudahan dilain kesempatan saya akan coba tampilkan pembahasan yang lain.

Semoga bermanfaat......

33SQ76AWDB5B


Anda Telah Membaca artikel Prosedur Melaksanakan Pekerjaan Swabbing, Baca Juga Artikel Berikut

Kang Astrajingga - Thursday, October 04, 2012

TULISAN PESAN KOMENTAR ANDA DISINI